Pulau Simeulu : Kapal Yang Berduka
![]() |
Agus Sedang berdiri melihat laut |
Jam 2 dini hari kapal mulai berangkat, di dalam kapal sudah ada deretan tempat tidur dua lantai. Para penumpang langsung mencari lokasi untuk beristirahat dan berharap besok pagi ketika bangun sudah tiba di pelabuhan Kota Sinabang. Namun karena kami belum pernah naik kapal selama 6 jam seperti tertulis di brousur info keberangkatan. Kami berempat langsung menuju ke bagian belakang kapal, duduk di bangku sambil menikmati angin malam yang dingin. Kami bersenang-senang, dengan bangganya mengatakan akan duduk di belakang sambil menggantung hammock untuk sekedar rebahan, dan berharap esok hari bisa melihat matahari terbit ketika sedang di atas kapal.
Namun, itu adalah harapan belaka. Sekitar 2 jam perjalanan perut mulai terasa mual, kapal berjalan begitu goyang. Ini sungguh sangat berbeda dengan kapal yang kami naiki ketika sedang pergi ke Kota Sabang yang hanya 2 jam perjalanan. Perutku terasa mual, dan akhirnya keluarlah mutahan dari mulut, dan muntahan ini rasa Tan** karena sebelum keberangkatan saya memakan makanan ringan tersebut.
Karena merasa sudah tidak enak badan, akhirnya saya memutuskan untuk rebahan di hammock, sambil mengoleskan balsem ke perut dan mengoles minyak kayu putih di area kening. Tidak berselang lama kawan saya yang menertawai saya ketika muntah, satu persatu mulai terasa mual dan mengeluarkan muntahannya. Di mulai dari Syarwani, di lanjutkan oleh Darman dan terakhir berlanjut ke Agus. Entah apa yang terjadi, ini seperti momen langka yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi ke tiga teman saya. Agus ketika mulai Muntah langsung merekam momen tersebut dan mengatakan “Akhirnya saya muntah gays”. Sontak kami ikut tertawa dengan tingkah dia, meski pun kami sudah mulai lemas satu persatu.
Karena cuaca yang sangat dingin, ombak yang besar yang sanggup membuat kapal tidak tenang. Kami memutuskan untuk masuk kedalam kapal mencari tempat tidur yang kosong untuk segera beristirahat. Alhamdulillah ternyata masih banyak tempat tidur yang kosong sehingga kami bisa berisitirahat dengan tenang. Mungkin ini yang namanya fasilitas umum bagus tidak bagus harus dinikmati meskipun kasur sudah agak usang, ya harus dinikmati. Toilet yang tidak ada airnya dengan bau pesing juga harus dinikmati, meskipun harus tahan kencing berharap segera tiba di pelabuhan Kota Sinabang.
Berselang sekitar setengah jam kami tidur, Agus membangunkan saya karena melihat kegaduhan tepat berada di depan tempat tidur kami. Kegaduhan itu membuat se isi kapal terbangun dengan teriakan salah satu pengunjung. Kata yang paling teringat adalah “den ingin kalua”. Salah satu saudara yang berteriak tersebut menampar saudaranya yang berteriak dan berkata untuk segera tidur dalam bahasa mereka. Tidak lama setelah itu sang pria tersebut terus mengamuk mengatakan “den ingin kalua, den ingin kalua” dan saudaranya tidak sanggup menahannya lagi. Menurut info dari saudaranya tersebut bahwa ketidakwarasanya sedang kambuh, dan dia sudah bebeberapa kali keluar dari rumah sakit jiwa.
Selang beberapa menit terdengar lagi teriakan dari atas kapal, dan kami tidak terlalu memperdulikannya lagi, kami langsung tidur karena memang sudah sangat pusing dengan keadaan ombak yang sangat besar, berharap selamat sampai ke tujuan.
15 menit kemudian sang saudara tersebut mulai teriak-teriak mengatakan bahwa saudaranya yang gila tersebut sudah melompat dari kapal, dan kapal terus melaju, dan kemudian seisi kapal mulai panik, dan membangun krue kapal untuk berhenti dan mencari yang melompat tersebut. Awak kapal mulai mencari dengan menyenter di sekitar kapal, dan mundur selama 20 menit lamanya.
Disela beberapa kru kapal yang sedang mensenyenter ke arah lautan yang bergelombang, aku mendengar percakapan mereka. "Keluarganya santai-santai saja, tidak panik sedikitpun" tutur seorang krue perempuan kepada temannya yang laki-laki. Apa yang dikatakan oleh krue kapal memang benar, rasanya saudara yang mengalami musibah tersebut tampak tenang-tenang saja. Karena dari ucapannya mengatakan bahwa sudah 15 menit saudaranya yang gila tersebut melompat, dan baru malapor dan teriak-teriak minta tolang.
Setelah mencari sekitar setengah jam, dan kapal sempat mundur selama 20 menit lamanya, namun tidak ada hasil, karena ombak sangat besar sang kapten dan keluarga melanjutkan perjalanan dengan membuat perjanjian, hal ini karena sebelumnya tidak ada laporan ke awak kapal bahwa ada penumpang yang tidak waras. Oia kejadian ini terjadi sekitar jam setengah 5 pagi lebih kurang.
![]() |
Di lorong kapal tampak beberapa penumpang sedang melihat-lihat lautan luas |
Disela beberapa kru kapal yang sedang mensenyenter ke arah lautan yang bergelombang, aku mendengar percakapan mereka. "Keluarganya santai-santai saja, tidak panik sedikitpun" tutur seorang krue perempuan kepada temannya yang laki-laki. Apa yang dikatakan oleh krue kapal memang benar, rasanya saudara yang mengalami musibah tersebut tampak tenang-tenang saja. Karena dari ucapannya mengatakan bahwa sudah 15 menit saudaranya yang gila tersebut melompat, dan baru malapor dan teriak-teriak minta tolang.
![]() |
DarmanTampak bahagia karena sebentar lagi akan sampai |
Setelah mencari sekitar setengah jam, dan kapal sempat mundur selama 20 menit lamanya, namun tidak ada hasil, karena ombak sangat besar sang kapten dan keluarga melanjutkan perjalanan dengan membuat perjanjian, hal ini karena sebelumnya tidak ada laporan ke awak kapal bahwa ada penumpang yang tidak waras. Oia kejadian ini terjadi sekitar jam setengah 5 pagi lebih kurang.
Seisi kapal pun berharap kapal akan segera berangkat, karena penumpang lain juga takut jangan gara-gara satu orang sengsara seisi kapal yang kebanyakan dalam kondisi lemas di tambah ombak yang besar membuat kapal oleng ke kiri dan ke kanan. Kami mulai istirahat lagi, sekitar jam 6 pagi kami terbangun kembali, kondisi badan sudah mulai membaik, meskipun masih agak pusing. Kami bergerak bangun dan menuju ke belakang kapal, menikmati cahaya cerah yang datang, suasana hari itu sudah tidak mendukung, berharap bisa melihat matahari terbit namun cuaca mendung dan sebentar lagi akan turun hujan. Kami kembali masuk pulai Simeulu masih belum terlihat. Sekitar jam 8 pagi kami keluar lagi ke belakang kapal sekedar jalan-jalan sambil menikmati cahaya pagi, dan hujan pun sudah berhenti. Disini pulau Simeulu mulai terlihat, namun masih sangat jauh. Kami pun berswafoto dengan kondisi yang melelahkan.
Sekitar jam 9 kami mulai memasuki perairan laut Simeulu, setengah jam lagi kami akan mendarat di pelabuhan. Sungguh senang rasanya, karena perjalanan yang melelahkan ini akhirnya selesai. Sekitar jam setengah 10 akhirnya kami tiba di pelabuhan, dan berharap turun dengan cepat dan segera ingin menginjakkan kaki di tanah. Sambil menunggu kendaraan kami di turunkan, kami duduk sejenak di pelataran pelabuhan, kami duduk lesehan di atas aspal. Setelah sepeda motor kami diturunkan kami langsung menuju kesana dan menunjukkan tiket kepada petugas, dan bergegas meninggalkan pelabuhan lalu mencari penginapan untuk sekedar rehat yang sesungguhnya.
....B E R S A M B U N G….
0 komentar