Pulau Simeulu : Kisah Perjalanan
![]() |
Tiket perjalan ke Pulau Simeulu |
Perjalananku kali ini begitu jauh, aku harus menyeberangi lautan yang luas, diantara ombak-ombak yang bergoyang yang turut membuat perutku berputar. Perjalanan kali ini aku harus menempuhnya selama 6 jam lamanya menurut info yang aku dapatkan. Namun faktanya di lapangan aku harus menempuh perjalanan 8 jam lamanya.
Oia aku belum menjelaskan kemana aku melangkah kali ini. Cerita kali ini adalah cerita perjalananku menuju Pulau Simeulu yang beribukota Sinabang. Kota ini juga memiliki julukan tersendiri yaitu “Simeulu Ate Fulawan” yang jika aku terjemahkan berarti “Simeulu Pembangkang”.
Di dalam perjalanan laut yang aku dan kawan-kawan jalani, memiliki kisah yang sedikit sedih. Baiklah aku akan memulai ceritaku:
Aku berasal dari Aceh Barat Daya, bermula dari ajakan kawan untuk liburan ke Kota Sinabang, aku mengiyakan karena aku memang belum pernah kesana sebelumnya. Seminggu sebelum perjalanan kami sudah mensearch semua kegiatan yang ada disana, mulai dari makanan, penginapan dan tempat wisata yang akan kamu kunjungi hingga berapa buget yang harus kami siapkan. Dan akhirnya kami memutuskan untuk pergi malam Sabtu 19 Juli 2019. Dan ternyata pada tanggal tersebut tidak ada kapal menuju ke pulau Simeulu di pelabuhan Labuhanhaji. Karena kapal baru berangkat pada malam sebelumnya.
Sehingga kami memutuskan untuk bergerak ke Aceh Selatan menuju pelabuhan Aceh Tapaktuan. Dari tempatku tinggal menuju Aceh Selatan lebih kurang memakan waktu hampir 2 jam lamanya. Dan kami sampai di pelabuhan Tapaktuan menjelang magrib. Setiba dipelabuhan kami menanyakan tentang kapal yang akan berangkat kesana, dan petugas mengatakan bahwa ada kapal yang berangkat pada jam 24.00, dan tiket bisa dibeli setelah magrib.
Karena waktu berangkat begitu lama sekitar 7 jam lagi, kami pergi kerumah saudara dari salah satu kawanku, Agus. Kami bercerita dan sesekali menyeruput kopi sambil menunggu waktu shalat magrib.
Setelah shalat magrib kami disuguhi makan malam ala kadarnya, karena Agus baru mengabari bahwa kami akan mampir sejenak, sehingga pemilik rumah tidak sempat menyiapkan makanan. Aku lupa nama Bapak itu, namun dia sangat ramah dan ku kira sangat cocok dengan pekerjaannya saat ini yaitu seorang anggota DPRK Aceh Selatan dapil Trumon kalau tidak salah.
Setelah makan malam, dan berbincang-bincang, jam sudah menujukkan angka 8 malam, sehingga kami memutuskan untuk pamit dan bergerak menuju pelabuhan Tapaktuan. Sebelum ke pelabuhan kami singgah sejenak di minimarket untuk sekedar membeli makanan untuk dimakan ketika di atas kapal. Dan sekitar jam 20.40 kami tiba di pelabuhan Tapaktuan untuk membeli tiket. Kami menaiki kapal perintis dan ini adalah kapal satu-satunya yang bergerak ke Kota Sinabang. Dan ternyata harga tiketnya sangat murah. Tiket kapal perintis hanya sekitar 7 ribu rupiah ditambah pajak, sedangkat tiket untuk sepeda motor hanya 9 ribu. Namun kami membayar 118 ribu untuk 4 orang dan 2 motor, sungguh harganya naik 2x lipat ketika membayar dan kami tidak mempermalasahkan itu, mungkin itu sudah ketetapan mereka.
Setelah membeli tiket kami bergerak ke mushalla yang tidak jauh dari tempat pembelian tiket, dan cukup hanya berjalan kaki beberapa meter kami sudah tiba di mushalla. Setelah menyelesaikan shalat Isya, jam masih menujukkan angka 21.27 yang artinya harus menunggu 2 jam lebih waktu keberangkatan.
![]() |
Duduk sejenak di belakang kapal |
Tidak terasa, jam akhirnya menunjuk angka 12 malam. Kapal sudah terlihat dan akan segera berlabuh di pelabuhan. Kami pun begitu senang, dan tidak sabar rasanya untuk segera berangkat. Setelah kapal tiba kami melihat proses penurunan kendaraan, dan ini pertama kalinya kami kami melihat motor di turun dan naikkan menggunakan katrol, dan ini sungguh luar biasa.
Sambil menunggu penumpang, kendaraan dan barang di turunkan, tidak terasa sudah jam lamanya dan sudah menunjukkan jam 1 dini hari. Selanjutnya baru dinaikkan kembali kendaraan roda dua dan barang-barang yang akan di bawa ke pulau Simeulu. Suasana air laut sedang tidak tenang, sesekali kapal membentur pelabuhan, dan rasanya seperti gempa yang sangat dahsyat, kamu tentunya akan terkejut dibuatnya.
Jam 2 dini hari kapal mulai berangkat, di dalam kapal sudah ada deretan tempat tidur dua lantai. Para penumpang langsung mencari lokasi untuk beristirahat dan berharap besok pagi ketika bangun sudah tiba di pelabuhan Kota Sinabang. Namun karena kami belum pernah naik kapal selama 6 jam seperti tertulis di brousur info keberangkatan. Kami berempat langsung menuju ke bagian belakang kapal, duduk di bangku sambil menikmati angin malam yang dingin. Kami bersenang-senang, dengan bangganya mengatakan akan duduk di belakang sambil menggantung hammock untuk sekedar rebahan, dan berharap esok hari bisa melihat matahari terbit ketika sedang di atas kapal.
..... B E R S A M B U N G .....
0 komentar